BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
George Wilhelm Friederick Hegel atau biasa dikenal dengan Hegel lahir di
stuttgart pada tahun 1770 saat era keemasan bangsa jerman. Ketertarikanya
pada penulis- penulis Yunani, plato dan Aristoteles yang membawanya untuk
menekuni teologi di sekolah Tubingen pada usia 18 tahun. Di tempat ini juga ia
menaruh perhatian pada hubungan antara filsafat dan teologi yang menjadi embrio
dari Pemikiran Hegel di kemudian hari.
Pemikiran Hegel lebih
menekankan pada hubungan filsafat sejarah yang mana ia banyak mengkaji tentang
berdialektika terhadap realitas dan memandang adanya ’realitas mutlak’ atau ruh
mutlak atau idealisme mutlak dalam kehidupan. Sehingga sangat mempengaruhi
dalam memandang sejarah secara global.hal ini terbukti saat dialektikanya mampu
memasukkan pertentangan didalam sejarah sehingga dapat mengalahkan dalil-dalil
yang bersifat statis.
Hegel dikenal sebagai filsuf
yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut
Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal
dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan
kontradiksi). Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang empris indrawi.
Pengertian yang terkandung di dalamnya berasal dari kata-kata sehari-hari,
spontan, bukan reflektif, sehingga terkesan abstrak, umum, statis, dan
konseptual.
Filsafat Hegel dikenal sebagai
salah satu Filsafat yang sulit dipahami dan di mengerti karena Hegel
menggunakan Istilah-istilah yang terlalu teknis dan terkesan ekstrem. Disamping
itu, Hegel senang mengunakan hal-hal yang paradoks. Hegel yakin bahwa paradoks
adalah hukum realitas, sebagaimana hukum pemikiran. Ambisi Hegel adalah
menyusun suatu sistem filsafat sintesis. Kalau Aristoteles boleh disebut sebagai
filusuf yang berhasil menyintesiskan pemikiran-pemikiran Yunani dan Thomas
Aqinas melalui Summa Teologica nya yang berhasil menyatukan pengetahuan abad
pertengahan, maka Hegel berusaha pula menyatukan Ilmu dan Filsafat abad XIX.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana Biografi George Wilhelm Friedrich
Hegel ?
2) Apakah Pengertian sejarah menurut Hegel ?
3) Bagaimana
Pandangan dan pemikiran filsafat sejarah Formal pada zaman modern menurut Hegel
?
4) Bagaimana Pandangan dan pemikiran filsafat sejarah
Material pada zaman modern menurut Hegel ?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui
Biografi George Wilhelm Friedrich Hegel
2) Mengetahui
pengertian sejarah menurut Hegel
3) Mengetahui
pandangan dan pemikiran filsafat sejarah Formal pada zaman modern menurut Hegel
4) Mengetahui
pandangan dan pemikiran filsafat sejarah Material pada zaman modern menurut
Hegel
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi George Wilhelm Friedrich Hegel
George Wilhelm Friedrich Hegel, demikian nama aslinya, lahir di Stuttgart
pada 27 Agustus 1770. Belajar teologi di Universitas Tubingen hingga meraih
doktor pada 1791. Ketika itu, karya tulisnya masih bertaut dengan agama
Kristen, misalnya The Life of Jesus dan The Spirit of Chiristiany
(Tafsir, 2004: 152). Hegel mulai menekuni filsafat ketika pada 1801 bertemu
dengan Schelling di Universitas Jena, dan turut mengajar mata kuliah Filsafat
di sana, hingga jerih payahnya membuahkan karya filsafat pertama berjudul The
Difference Between Fichte’s and Schelling’s Systems of Philosophy .
Perjumpaan
dengan karya-karya Friedrich Hölderlin (1770-1843) dan Friedrich von Schelling
(1775-1854), diakui Hegel, cukup mempengaruhi pergulatan intelektual dan
tradisi filsafatnya. Tidak begitu mengejutkan bila Hegel sempat menyebut
keduanya sebagai pemikir besar Filsafat Jerman abad 19. Berkat
hubungan erat tersebut, pada 1803, bersama Schelling, Hegel mengedit Critical
Journal of Philosophy. Tahun 1906 Hegel berhasil menyelesaikan karya
utamanya, Phenomenology of Spirit, dan dipublikasikan pada tahun
berikutnya. Dalam karya ini, pemikirannya
nampak amat berbeda dengan pendekatan Schellingian. Schelling sendiri
menganggap kritik tajam Hegel dalam pengantar Phenomenology ditujukan
padanya. Dan sejak saat itu persahabatan mereka kandas di tengah jalan .
Tahun 1808-1815
Hegel dipercaya sebagai kepala sekolah dan guru Filsafat di Gymnasium,
Nuremberg. Selama di sana ia menikah, memulai hidup berkeluarga, dan
menerbitkan Science of Logic. Pada tahun 1816 ia kembali ke universitas
dengan menjadi Guru Besar Filsafat di Universitas Heidelberg. Dua tahun
berikutnya menjadi Guru Besar di Universitas Berlin. Sejak saat itu, nama Hegel
semakin tersohor di dunia Filsafat Jerman. Dan ketika berada di Heidelberg
itulah, Hegel mempublikasikan Encyclopaedia of the Philosophical Sciences,
sebuah karya sistematik versi ringkasan dari Science of Logic (Encyclopaedia
Logic atau Lesser Logic). Berikutnya, Hegel menerbitkan Philosophy
of Nature dan Philosophy of Spirit, sebagai aplikasi dari
prinsip-prinsip yang tertuang dalam Science of Logic .
Di tahun 1821,
ketika berada Berlin, Hegel mempublikasikan karya utamanya dalam bidang
filsafat politik, Elements of the Philosophy of Right, berdasarkan
materi kuliah yang ia berikan di Heidelberg. Namun akhirnya nampak begitu
jelas, dasar argumentasi dalam karya ini berasal dari objective spirit
karya Encyclopaedia Philosophy of Spirit. Selepas 10 tahun menetap
di Berlin, hingga meninggal pada 14 November 1831, manuskrip berikutnya dari
karya Encyclopaedia, diterbitkan. Selepas kematiannya, kumpulan materi
kuliah Hegel tentang philosophy of history, philosophy of religion,
aesthetics, dan history of philosophy, juga turut dipublikasikan.
2.2 Pengertian Sejarah Menurut Hegel
Menurut
Hegel, sejarah adalah perkembangan Roh dalam waktu, sedangkan alam adalah
perkembangan ide dalam ruang. Jika kita memahami kalimat di atas, tentu kita
akan memahami filsafat sejarah Hegel. Sistem menyeluruh Hegel dibangun diatas
tiga unsur utama (the great triad): Ide- Alam- Roh. Ide dalam dirinya sendiri
adalah sesuatu yang terus berkembang, dinamika realitas dari dan yang berdiri
dibalik layar- atau sebelum-dunia. Antitesis dari ide yang berada di luar
dirinya, yaitu Ruang, adalah Alam. Alam terus berkembang, setelah mengalami
taraf perkembangan kehidupan mineral dan tumbuhan kedalam diri manusia. Dan
dalam diri manusia terdapat kesadaran yang membuat ide menjadi sadar akan dirinya
sendiri. Kesadaran diri ini oleh Hegel disebut Roh, sedangkan antitesis ide dan
Alam dan perkembangan dari kesadaran ini adalah sejarah. Seluruh proses dunia
adalah suatu perkembangan roh. Sesuai dengan hukum dialektika roh meningkatkan
diri tahap demi tahap kepada yang mutlak. Sesuai dengan perkembangan roh ini,
maka filsafat Hegel disusun dalam tiga tahap yaitu:
a. Tahap
ketika Roh berada dalam keadaan “ada dalam dirinya sendiri”.
b. Tahap
ketika roh berada dalam keadaan “berada dengan dirinya sendiri”, berada dengan
“yang lain”. roh disini keluar dari dirinya sendiri yang menjadikan dirinya “di
luar” dirinya dalam bentuk alam, yang terikat oleh ruang dan waktu.
c. Tahap
ketika roh kembali kepada dirinya sendiri, yakni kembali dan berada diluar
dirinya sehingga roh berada dalam keadaan “dalam dirinya dan bagi dirinya
sendiri”.
Dalam bukunya The
Philosophy of History, Hegel mengatakan bahwa esensi dari Roh adalah kebebasan,
maka kebebasan adalah tujuan dari sejarah. Sejarah baginya merupakan gerak
kearah rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar. Hegel kemudian merumuskan
perkembangan historis roh, yang terbagi dalam tiga tahap:Pertama, Timur. Kedua,
Yunani dan Romawi dan Ketiga, Jerman.Pembagian ini didasarkan atas Trias Hegel
yakni : roh objektif, roh subjektif dan roh mutlak. Dalam dunia Timur, roh
belum sadar diri, manusia masih dalam keadaan alami sedangkan roh berkarya dan
menyusun dalam objektifitas (seperti hukum alam). Dalam dunia Yunani-Romawi
timbullah subjektifitas, roh menempatkan diri di luar dan berhadapan dengan apa
yang secara objektif ada. Akan tetapi roh subjektif kurang memahami kenyataan
objektif. Baru dengan munculnya roh mutlak didalam dunia Germania terjadi
perukunan antara yang subjektif dan yang objektif. Pemikiran Hegel mengarahkan
kita pada pemahaman bahwa sejarah merupakan pergerakan penuh tujuan atas
cita-cita Tuhan untuk kemanusiaan. Hegel pun memahami bahwa sejarah memang
merupakan meja pembantaian dimana kesengsaraan, kematian, ketidakadilan dan
kejahatan menjadi bagian dari panggung dunia. Namun filsafat sejarah merupakan
teodisi atau usaha untuk membenarkan Tuhan dan mensucikan Tuhan atas tuduhan
bahwa Tuhan membiarkan kejahatan berkuasa di dunia.
Dia menunjukkan
anggapan yang salah tentang sejarah di sebabkan karena mereka hanya melihat
permukaanya saja, tetapi mereka tidak melihat aspek laten serta potensial dalam
sejarah yaitu jiwa absolut dan esensi jiwa yaitu kebebasan. Hegel dalam bukunya
Philosophy of Histori mengembangkan sebuah teori yang didasarkan pada pandangan
bahwa Negara merupakan realitas kemajuan pikiran kearah kesatuan dengan nalar.
Ia melihat Negara sebagai kesatuan wujud dari kebebasan objektif dan nafsu
subjektif adalah organisasi rasional dari sebuah kebebasan yang sebenarnya
berubah-ubah dan sewenang-wenang jika dibiarkan pada tingkah laku individu.
Filsafat sejarah bagi Hegel representasinya yang nyata terlihat dalam bentuk-
bentuk kekuasaan dalam Negara. lebih lajut dalam pengantar bukunya Philosophy
of History ia menulis :
“Negara adalah ide
tentang roh didalam perwujudan lahir kehendak manusia dankebebasanya. Maka bagi
Negara, perubahan dalam aspek sejarah tidak dapat membatalkan pemberian itu
sendiri dan berbagai tahap yang berkesinambungan dengan ide mewujudkan diri
mereka di dalamnya sebagai prinsip-prinsip politik yang jelas”.
Hegel menunjukkan bahwa
hakekat manusia dimasukkan dan diwujudkan dalam kehidupan negara-bangsa.
Menurutnya, negara-bangsa merupakan totalitas organik (kesatuan organik) yang
mencakup pemerintahan dan institusi lain yang ada dalam negara termasuk
keseluruhan budayanya. Hegel juga menyatakan bahwa totalitas dari budaya bangsa
dan pemerintahannya merupakan individu sejati.“Individu sejarah dunia adalah
negara-bangsa”, maksudnya negara merupakan individu dalam sejarah dunia.
Negara merupakan
manifestasi dari ide universal. Sedangkan individu (orang per orang) merupakan
penjelmaan dari ide partikular yang
tidak utuh, dan merupakan bentuk kepentingan yang sempit. Negara
memperjuangkan kepentingan yang lebih besar, memperjuangkan atau merealisasikan
ide besar.Keinginan negara merupakan keinginan umum untuk kebaikan semua orang,
karenanya negara harus dipatuhi dan negara dapat memaksakan keinginannya pada
warganya.Negara adalah “penjelmaan dari
kemerdekaan rasional, yang menyatakan dirinya dalam bentuk objektif”. Karena
itulah negara yang dibentuk Hegel adalah absolut. Negara baginya bukan apa yang
di gambarkan John Lock atau teoritisi-teoritisi kontrak sosial yang dibentuk
dari kesepakatan bersama dari rakyatnya, Hegal berpendapat sebaliknya
,negaralah yang membentuk rakyatnya. Hegel memang mensakralkan negara sampai ia
menganggap bahwa sepak terjang negara di dunia ini sebagai “derap langkah Tuhan
di bumi” The State is devine idea as it exists on earth.8 Dalam perspektif ini
individu tidaklah dimungkinkan untuk menjadi oposisi negara sebab ia membawa
kepentingan parsial. Negara adalah sumber budaya, kehidupan institusional dan
moralitas. Hegel menyatakan dalam Reason of History: segala yang ada pada
manusia, dia menyewa pada negara, hanya dalam negara dia mendapatkan jati
dirinya. Maka tidak seorang pun bisa melangkah di belakang negara, dia mungkin
bisa memisahkan diri dari individu lain namun tidak dari jiwa manusia.
“Penjelmaan dari kemerdekaan rasional, yang
menyatakan dirinya dalam bentuk objektif”7. Karena itulah negara yang dibentuk
Hegel adalah absolut. Negara baginya bukan apa yang di gambarkan John Lock atau
teoritisi-teoritisi kontrak sosial yang dibentuk dari kesepakatan bersama dari
rakyatnya, Hegal berpendapat sebaliknya ,negaralah yang membentuk rakyatnya.
Hegel memang mensakralkan negara sampai ia menganggap bahwa sepak terjang
negara di dunia ini sebagai “derap langkah Tuhan di bumi” The State is devine
idea as it exists on earth.8 Dalam perspektif ini individu tidaklah
dimungkinkan untuk menjadi oposisi negara sebab ia membawa kepentingan parsial.
Negara adalah sumber budaya, kehidupan institusional dan moralitas. Hegel
menyatakan dalam Reason of History: segala yang ada pada manusia, dia menyewa
pada negara, hanya dalam negara dia mendapatkan jati dirinya. Maka tidak
seorang pun bisa melangkah di belakang negara, dia mungkin bisa memisahkan diri
dari individu lain namun tidak dari jiwa manusia.
2.3 Pandangan dan Pemikiran Filsafat Sejarah Formal Pada Zaman Modern Menurut Hegel
Hegel
membedakan tiga macam penulisan sejarah yaitu
1) Penulisan sejarah orisinal
2) Penulisan sejarah reflektif
3) Sejarah filsafati
Pembagian
ini, secara kasar, paralel dengan pembedaan antara roh objektif, subjektif, dan
mutlak. Dalam hal penulisan sejarah orisinal, hendaknya kita ingat akan
laporan-laporan saksi-saksi mata yang dapat diberikan seorang sezaman mengenai
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
zamannya sendiri, seperti misalnya karangan anak agung Gde Agung mengenai
perjanjian renville. Di sini, masa silam seolah-olah berbicara sendiri; di
sini, budi yang hadir di dalam hal ikhwal (budi Obyektif) angakat bicara. Akan tetapi,
budi hanya berbicara dan belum mulai berefleksi mengenai dirinya sendiri. Ini
baru terjadi dalam penulisan sejarah reflektif yang ambil jarak terhadap masa
silam, sehingga menciptakan ruang bagi suatu penilaian oleh subyek yang tahu
(roh subyektif ).
Berhubung Budi itu menurut bentuk
penampilan obyektif mewujudkan sejarah- Hegel akan menulis bahwa Budi menguasai
dunia- maka hanya sejarah filsafati dapat memperoleh suatu pengertian definitif
mengenai sifat sejarah. Dalam sejarah filsafati, Budi mengenal kembali dirinya
sendiri dalam bentuk yang dihasilkan oleh penampilan diri lewat proses sejarah.
Dalam filsafat sejarah Budi mengenal kembali dirinya sendiri. Mengenai masa
mendatang Hegel membatasi diri pada pernyataan yang sangat umum, bahwa pada
masa mendatang, roh mutlak akan jaya. Ia menolak membuat ramalan-ramalan
konkret mengenai masa yang akan datang.
Pengertian abstrak bahwa dalam
sejarah Budi mencapai pengenalan diri, diterjemahkan oleh Hegel dengan dengan
dua cara, dengan istilah-istilah historis dan sosial. Pertama-tama, Hegel
membela pendapat, bahwa kemerdekaan sejajar dengan pengertian dan pengetahuan.
Bila Hegel berbicara tentang negara, ia tidak hanya meneropong bentuk
pemerintahan sentral seperti dikembangkan oleh berbagai bangsa pada masa kini
maupun masa lampau,melainkan apa yang pada zamannya dinamakan “Nation” (Volk).
Negara, menurut pengertian Hegel, ialah semua bentuk kehidupan sosial serta
kaitan-kaitan antar kesatuan-kesatuan kultural dan politik. Negara meliputi
tradisi-tradisi politik dan rohani , moral dan religius seperti dimiliki oleh
suatu “Bangsa”.
Pandangan Hegel terhadap kemerdekaan
nampaknya tak terduga dan mengejutkan, tetapi dapat kita terima bila ingat akan
pandangan Hegel mengenai sifat paaradoksal yang terdapat dalam hubungan antara
tuan dan abdi. Kesimpulan yang di tarik oleh Hegel ialah kita tidak dapat
membayangkan kemerdekaan sebagai sesuatu yang hanya dimiliki sang juragan.
Andaikata hanya sang juragan merdeka, maka kemerdekaaan dalam kenyataan tiada
lagi. Kemerdekaan hanya terdapat bila itu dibagi antara juragan dan abdi.
Seterusnya ini berarti pula, bahwa kemerdekaan merupakan sebuah konsep
relasional, yang menyangkut hubungan antara dua orang. Perlu dicatat bahwa
pengertian tuan dan juragan serta abdi hendaknya dimengerti dalm arti yang
sangat luas.
Banyak orang merasa sangsi akan
kebenaran pendapat Hegel, bahwa Budi menguasai perkembangan sejarah, seolah
akal Budi membimbing sejarah dunia. Bukankah masa silam sering nampak sebagai
suatu proses yang kacau balau, penuh perbuatan yang tidak masuk akal dan yang
penuh pamrih. Keberatan serupa itu oleh Hegel ditangkis dengan konsepnya
mengenai “akalnya Budi”. Pertama-tama kita harus mengambil langkah prinsipiil,
jangan melihat sejarah dalam perspektif individu-individu yang masing-masing
berbuat sesuatu di panggung sejarah, melainkan dalam perspektif jaringan
perbuatan-perbuatan manusia yang kait-mengait. Bahkan oleh Hegel ditekankan,
bahwa unsur “irasional” dalam perbuatan manusia justru mengabdi kepada
kepentingan Budi. Bila dipandang dari sudut tertentu, maka unsur irasional
merupakan keharusan agar Budi dapat melaksanakan diri.
Hawa napsu manusia perlu, untuk
mendorong bahtera sejarah yang kemudinya dipegang oleh Budi. Bersama-sama, akal
budi dan hawa napsu menjalin proses sejarah bagaikan tenunan yang ada benang
langsing dan melintang. “Budi sendiri merupakan kenyataan, tetapi hawa napsu
adalah lengannya guna meraih sesuatu. “Budi seolah-olah mempergunakan hawa
napsu manusia untuk melaksanakan diri. Budi mempergunakan dan menyalahgunakan
manusia untuk mencapai tujuannya sendiri. Bila tujuan itu sudah tercapai, maka
biasanya nasib tokoh-tokoh sejarah lalu menjadi buruk.
2.4 Pandangan dan Pemikiran Filsafat Sejarah Material pada Zaman Modern Menurut Hegel
Uraian
Hegel mengenai filsafat sejarah material lebih luas daripada ulasannya mengenai
filsafat sejarah formal. Dalam tiga jilid ia membahas dunia timur, dunia
yunani-romawi dan dunia germania. Ia mengikuti perjalanan Budi dalam sejarah
dunia mulai dari Cina dan India sampai zamannya sendiri. Dalam
tulisan-tulisannya yang lebih bersifat filsafati dialektika, kadang-kadang
terasa agak dipaksa-paksakan , tetapi disini diterapkan penuh imajinasi, tak
pernah merupkan kerangka yang kaku, melainkan sebuah sarana yang menghasilkan
pemandangan-pemandangan sejarah yang memikat.
Filsafat
sejarah material ala Hegel menyerupai sebuah “palimpsest”, empat struktur yang
erat kaitannya, yang satu diletakkan di atas yang lain. Pertama-tama kita
berjumpa dengan tiga bagian dalam proses sejarah, yakni sejarah timur,
yunani-romawi, dan germania (yang mewakili seluruh sejarah barat semenjak
runtuhnya kekaisaran Roma). Pembagian ini di dasarkan atas trias Hegel, yakni
roh obyektif, roh subyektif,dan roh mutlak. Inilah struktur kedua. Dalam dunia
timur, roh belum sadar menyusun dalam obyektivitas (seperti misalnya hukum
alam). Baru dalam dunia yunani-romawi timbullah subyektivitas. Roh menempatkan
diri di luar dan berhadapan dengan apa yang secara obyektif ada.
Akan tetapi, roh subyektif semula kurang memahami kenyataan obyektif. Baru,
dengan munculnya roh mutlak- di dalam dunia germania- terjadi perukunan antara
yang subyektif dan yang obyektif.
Perkembangan
dalam hubungan antarmanusia dalam bidang politik dan sosial, merupakan contoh
bagaimana skema yang abstrak ini terwujud. Dalam dunia timur, manusia mengikat
diri tanpa berpikir lebih mendalam, tanpa refleksi diri pada
peraturan-peraturan yang berlaku di dalam masyarakatnya, sama seperti
benda-benda dan hewan-hewan tunduk kepada hukum alam. Dalam tahap roh subyektif
(yunani-romawi) manusia mulai berfikir mengenai hubungan antara individu dan
masyarakat atau negara, namun belum berhasil menemukan keseinbangan antara
kedua kutub itu. Baru di dunia Germania, tahap “universalitas yang konkret”
terjadilah suatu bentuk masyarakat ( monarki konstitusional) yang sama-sama
memperhatikan baik individu maupun masyarakat. Masalah mengenai hubungan antara
individu dan masyarakat- masalah paling pokok yang dihadapi manusia dalam
perkembangan sejarahnya- dipecahkan secara memuaskan.
Ketiga trilogi ini masih dilintasi oleh suatu pembagian
menurut dua aspek lain. Pertama tahap “eksternalitas”- tahap refleksi manusia
menerima tradisi dan norma-norma yang dijumpainya- kedua tahap internalitas-manusia
telah pandai berefleksi mengenai masalah etika, politik, agama, dan sebagainya,
lalu dengan sadar mengadakan pilihannya. Di tahap ini tidak serasi dengan ketiga trilogi tadi.
Ketidakserasian itu, antara lain nampak karena sebagian dunia yunani-romawi
(tahap subyektif) masih digolongkan pada tahap eksternalitas (secara logis ini
hanya meliputi dunia timur). Peralihan dari tahap eksternalitas menuju
internalitas terutama dicanangkan oleh Sokrates dan untuk sebagian oleh kristus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Hegel sejarah adalah perkembangan roh dalam waktu sedangkan alam
adalah perkembangan Ide dalam ruang dasar. Inilah yang menjadi pedoman pemahaman
tentang Filsafat Sejarah Hegel.sistem menyeluruh Hegel dibangun atas 3 unsur
utama atau disebut the great triad yang terdiri dari Ide-Alam-Roh.
Pemikiran sendiri merupakan realitas tertinggi, serta sebagai hakekat
kemanusiaan. Hegel mampu meyakinkan kepada setiap orang bahwa sejarah merupakan
suatu nilai yang sangat berharga dalam kehidupan manusia. Dengan berbagai
dinamika pemikiran dan tindakan manusia sebagai sebuah bentuk pengakuan atas
eksistensi suatu wujud material.
Dalam bukunya Filsafat Sejarah Hegel mencoba membuat suatu metode sejarah
menjadi 3 yakni: Sejarah Asli. Memiliki warna yang khas yang perajalanannya
berkisar pada perbuatan,peristiwa,dan keadaan. Fase ini diawali dengan
kemunculan filsuf era Yunani kuno yakni; Herodotus, Thucydides, Xenophone dll.
Sejarah Reflektif adalah sejarah yang cara penyajiannya tidak dibatasi oleh
waktu yang berhubungan melainkan yang ruhnya melampaui batas;dan terakhir
Sejarah Filsafati. Hegel menyatakan bahwa sejarah merupakan konsepsi sederhana
Rasio. Rasio sendiri merupakan penguasa dunia, sehingga sejarah dunia
memberikan suatu proses rasional kepada kita
DAFTAR PUSTAKA
F.R. Ankersmit. 1987. Pendapat-pendapat
Modern Tentang Filsafat Sejarah. Jakarta: PT Gramedia.
Kartonodirdjo, Sartono. 1986. Ungkapan-Ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur. Jakarta: PT
Gramedia
Hegel, George Wilhelm Friedrick.
2007. Filsafat Sejarah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
http://ahmadsidqi.wordpress.com/2009/02/11/filsafat-sejarah-dalam-pandangan-hegel/
Source dildo,dog dildo,dildo,dildos,cheap sex toys,dildos,dildos,wholesale sex toys,dildo click this over here now
BalasHapus